WahanaInfrastruktur.com | Kementerian Perhubungan (Kemenhub) memastikan akan terus mengawal pembiayaan pengerjaan proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB). Hal ini setelah proyek tersebut disorot karena beberapa kali mengalami penyesuaian anggaran.
"Terkait pengawalan pembiayaan kereta cepat, ini memang kita kawal karena di Perpres baru sudah dibentuk komite untuk mengawal kereta cepat ini yang diketuai Menko Marves. Kemenhub ada dalam komite tersebut," kata Direktur Jenderal Perkeretaapian Kemenhub, Zulfikri dalam rapat dengar pendapat bersama Komisi V DPR RIRI seperti dilansir detikcom, Rabu (9/2/2022).
Baca Juga:
Mudik Berjalan Lancar, Menhub Apresiasi Kolaborasi Penyelenggaraan Angkutan Lebaran 2024
Pengawalan yang dilakukan adalah memastikan anggaran yang dibutuhkan untuk penyelesaian Kereta Cepat Jakarta-Bandung adalah final sehingga tak ada lagi peninjauan untuk penyesuaian anggaran.
"Kami akan mengawal bahwa benar, pasti anggaran yang dibutuhkan untuk pembiayaan itu tidak berlarut-larut di-review kembali. Saat ini sedang dilakukan review oleh BPKP (Badan Pemeriksa Keuangan dan Pembangunan) bahwa itu sudah final, fix pembiayaan untuk bisa dioperasikan antara Jakarta-Bandung," tuturnya.
Seperti diketahui, peningkatan pembiayaan proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung disorot oleh banyak kalangan masyarakat. Apalagi proyek yang dimulai pada 2016 ini ditarget selesai pada 2019, namun molor hingga saat ini.
Baca Juga:
Lowongan CPNS Kemenhub Tahun 2024 untuk 18.017 Formasi, Ini Rinciannya
Mengutip berbagai sumber resmi, Direktur Utama PT Kereta Cepat Indonesia-China (KCIC) yang kala itu dijabat oleh Hanggoro Budi Wiryawan mengatakan, kereta cepat Jakarta-Bandung dibangun dengan investasi US$ 5,573 miliar. Kemudian nilai proyek kereta cepat Jakarta-Bandung mengalami pembengkakan menjadi US$ 5,98 miliar dan bengkak lagi menjadi US$ 6,071 miliar.
"US$ 5,988 miliar jadi US$ 6,071 miliar sudah lama kok," kata Plt Direktur Utama KCIC yang dijabat Dwi Windarto di Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman, Jakarta Pusat, 20 Februari 2018.
Dwi mengatakan, bertambahnya nilai proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung dikarenakan asuransi proyek dan komponen debt service reserve account (DSRA). Kedua komponen tambahan ini mendongkrak nilai proyek sekitar US$ 100 juta.
"Asuransi dan DSRA, debt service reserve account. Jadi reserve account yang harus ditanggung KCIC karena pinjaman," kata Dwi.
Terbaru, biaya proyek kereta cepat Jakarta-Bandung membengkak lagi jadi US$ 7,97 miliar atau mencapai Rp 113 triliun. Artinya sejak awal pembangunan kereta cepat Jakarta-Bandung berbiaya US$ 5,573 miliar jadi US$ 7,97 miliar, terjadi pembengkakan sebesar US$ 2,397 miliar atau setara Rp 34 triliun (kurs Rp 14.200). [JP]