WahanaInfrastruktur.com |
Pemerintah tengah mendorong pemanfaatan produk dalam negeri. Apalagi, Presiden Joko Widodo (Jokowi) belakangan kesal dengan banyaknya anggaran negara untuk beli produk impor.
Upaya untuk memanfaatkan produk lokal tengah digenjot Kementerian PUPR dalam pembangunan infrastruktur, termasuk dalam proyek pembangunan ibu kota Nusantara.
Baca Juga:
Pemerintah Larang Pelaku Usaha Jual Pakaian Bekas Impor
Sekjen Kementerian PUPR Mohammad Zainal Fatah mengatakan, realisasi pos belanja untuk produk lokal lebih dari Rp 80,48 triliun. Alokasi anggaran yang digelontorkan tersebut, diambil dari total pagu anggaran Kementerian PUPR pada 2022 sekitar Rp 100,5 triliun.
"Khusus di Kementerian PUPR pada tahun anggaran 2022 ini kami telah merencakanan paling sedikit sekitar Rp 80,48 triliun dari total pagu anggaran sebesar Rp 105,7 triliun akan kami gunakan untuk belanja produksi dalam negeri, dan ini terus dimonitoring, tercatat tanggal 25 Mei 2022 lalu angka ini sudah terlampaui," tuturnya dalam keterangan tertulis, Rabu (15/6/2022).
Menurut Zainal, realisasi alokasi anggaran yang diperuntukkan bagi produk lokal pada 2022 akan terus ditingkatkan. Langkah ini diharapkan dapat berdampak positif terhadap ketahanan perekonomian Indonesia.
Baca Juga:
Tingkatkan Produk dalam Negeri, Ini Empat Arahan Jokowi untuk Pemerintah
Hal ini mendapat sambutan baik dari berbagai pihak. Salah satunya dari Asosiasi Roll Former Indonesia (ARFI). Sebagai sebuah wadah yang menaungi perusahaan-perusahaan yang bergerak di sektor hilir baja ringan, ARFI menilai langkah pemerintah dalam menggenjot pemanfaatan produk dalam negeri, terutama pada industri baja sudah sangat tepat. Pasalnya, industri baja ini merupakan induk dari semua industri (mother of all industries).
"ARFI menyikapi positif dengan adanya pembangunan di Indonesia yang mewajibkan penggunaan produk dalam negeri ini. Pemanfaatan produk nasional, terutama baja sudah sangat tepat dalam menggerakkan ekonomi. Karena baja ini adalah mother of all industries. Semua bidang industri mengunakan baja, seperti industri perabot rumah tangga, elektronika, dan lain-lain menggunakan baja sebagai bahan bakunya. Untuk itu ke depan industri baja akan menjadi salah satu sektor yang bertahan dan ini akan menjadi masa depan," ungkap Ketua Umum ARFI, Nicolas Kesuma.
Pandemi Covid-19 yang melanda seluruh negara termasuk Indonesia hampir dua tahun lebih membuat para pengusaha merasakan dampak yang sangat hebat. Dengan digaungkannya kebijakan ini terutama untuk pembangunan ibu kota Nusantara, kata dia, seluruh anggota ARFI optimistis dapat membantu pemerintah menggerakan ekonomi nasional kembali.
"Selama dua tahun lebih, hal yang sangat signifikan terhadap anggota ARFI adalah proses pemulihan dan economic rebound yang tentunya dinantikan oleh seluruh lapisan pelaku usaha nasional. Dengan begitu dampaknya ekonomi akan bergerak kembali," paparnya.
Namun demikian, Nicolas tetap berharap pemerintah terus membatasi peredaran produk luar negeri alias impor yang masuk ke dalam negeri, terutama dalam setiap proyek pembangunan. Di sektor baja ringan sendiri, ARFI berharap pemerintah segera mewajibkan penerapan Sertifikat Nasional Indonesia (SNI) 8399-2017 untuk profil baja ringan bagi seluruh pelaku industri baja ringan yang berbisnis di Tanah Air. [JP]